Banjir di Ketapang dan Bali, BNPB Imbau Waspada Cuaca Ekstrem

0
364
Banjir
Hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir dan merendam ratusan rumah di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Selasa, 16 September 2025. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis perkembangan penanganan bencana banjir di sejumlah daerah, khususnya Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, serta pemutakhiran data banjir besar yang melanda Provinsi Bali.

Berdasarkan laporan, banjir di Kabupaten Ketapang terjadi pada Selasa (16/9) pukul 10.32 WIB setelah hujan lebat mengguyur wilayah Kecamatan Manis Mata. Tercatat tujuh desa terdampak, yakni Desa Kalimantan, Desa Kemuning, Desa Sengkuang Merabung, Desa Silat, Desa Suak Burung, Desa Terusan, dan Desa Tribun Jaya.

Bencana ini memengaruhi 221 kepala keluarga atau 754 jiwa. Tim Reaksi Cepat BPBD Ketapang langsung diterjunkan untuk melakukan kaji cepat, membantu evakuasi warga, serta penanganan di lokasi. Meski merendam rumah-rumah penduduk, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, dan kondisi banjir dilaporkan mulai surut.

Sementara itu, di Bali, operasi pencarian dan pertolongan (SAR) terhadap korban banjir resmi dihentikan pada 16 September 2025. Keputusan ini diambil melalui rapat evaluasi bersama Basarnas, Polda Bali, BPBD, dan relawan setelah tujuh hari operasi berlangsung.

Meski operasi SAR dihentikan, pemantauan tetap dilanjutkan. Dari total delapan korban hanyut, tujuh telah ditemukan sementara satu orang masih hilang. BNPB mencatat banjir di Bali menelan korban 18 orang meninggal dunia dan berdampak pada 6.309 kepala keluarga.

Kerugian material di Bali juga cukup besar, mencakup 520 fasilitas umum rusak, tiga jembatan putus, 23 titik jalan rusak, 82 tembok penyengker jebol, serta 194 rumah rusak. Kerusakan terparah ada di Kota Denpasar dengan 474 fasilitas umum rusak, diikuti Kabupaten Jembrana yang terdampak pada rumah warga dan infrastruktur jalan. Di Karangasem, satu jembatan putus, 47 rumah rusak, dan 14 bendungan terdampak.

BNPB mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Peringatan dini BMKG menyebutkan adanya potensi hujan sedang hingga ekstrem pada 17–18 September 2025 di sejumlah wilayah Indonesia.

“Pemerintah daerah diharapkan menyiapkan langkah antisipatif dan memperkuat koordinasi lintas sektor, sementara masyarakat perlu menjaga kebersihan lingkungan, saluran air, serta tidak membuang sampah sembarangan untuk mengurangi risiko banjir,” demikian imbauan BNPB.