PMI Manufaktur Indonesia November 2020 Tembus 50,5

0
1020
Manufaktur Indonesia
Ilustrasi industri manufaktur Indonesia. FOTO: VIBIZMEDIA.COM|MARULI SINAMBELA

(Vibizmedia-Nasional) Berdasarkan hasil survei IHS Markit, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan November menembus level 50,5 atau naik hampir tiga poin dibanding capaian pada Oktober di angka 47,8.

Kementerian Perindustrian menyebut PMI berada di atas peringkat 50 menandakan sektor manufaktur dalam tahap ekspansif. Melonjaknya PMI manufaktur Indonesia pada bulan ke-11 ini didorong oleh peningkatan produksi karena pesanan bertambah signfikan selama tiga bulan terakhir.

Selain itu, kinerja gemilang didukung dengan kebijakan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta pada pertengahan bulan Oktober. Artinya, pembukaan kembali jalur produksi dapat memacu penjualan dan volume output.

“Ini merupakan kabar gembira dari sektor industri, kenaikan PMI merupakan indikasi ekonomi, khususnya sektor industri, mulai berekspansi menjelang akhir tahun dengan indeks di atas 50,” jelas Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono dalam keterangannya, pada Selasa, 1 Desember 2020.

Sigit menyampaikan bahwa pihaknya mengapresiasi sektor manufaktur dalam negeri yang menunjukkan keuletan dan mampu memanfaatkan peluang rebound dengan dukungan pemerintah.

“Kami berupaya mempertahankan posisi ekspansi, bahkan meningkatkan angkanya di tahun depan seiring dengan program vaksinasi dari pemerintah,” kata Sigit.

Menurutnya, Kemenperin akan terus mendorong pelaksanaan kebijakan strategis untuk mendukung pemulihan industri nasional, sekaligus mewujudkan sektor industri yang maju dan berdaya saing. Salah satunya adalah program substitusi impor 35% pada tahun 2022.

“Saat ini kondisi sektor industri perlu pendalaman struktur serta perlu kemandirian bahan baku dan produksi, sehingga program ini kami prioritaskan pelaksanaannya,” ucapnya. Substitusi impor juga diharapkan mampu memperbaiki persoalan lain seperti regulasi dan insentif yang belum mendukung sektor industri serta belum optimalnya penerapan program P3DN.

Pertumbuhan sektor industri nonmigas sepanjang 2020 diperkirakan masih akan terkontraksi namun dengan perbaikan pertumbuhan di angka -2,22%.

“Sedangkan, dengan asumsi pandemi Covid-19 sudah dapat dikendalikan serta vaksin sudah tersedia, dan aktivitas ekonomi mulai pulih, pertumbuhan sektor manufaktur diproyeksikan mencapai 3,95% pada 2021,” terang Sigit.

Menanggapi hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada November 2020, Bernard Aw selaku Kepala Ekonom IHS Markit mengatakan, perpindahan ke PSBB transisi memberikan dorongan bagi sektor manufaktur Indonesia pada pertengahan triwulan keempat, dengan data PMI menunjukkan peningkatan kondisi bisnis selama bulan November.

“Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan rekor tertinggi produksi di tengah laporan meluas tentang pembukaan kembali pabrik dan peningkatan permintaan. Permintaan baru juga kembali meningkat, meskipun laju peningkatan hanya pada kisaran marginal,” ujarnya. Menurut Bernard, keberlanjutan kenaikan PMI akan bergantung pada pemulihan permintaan yang lebih kuat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here