Industri LPG Akan Dibangun Supaya Tidak Bergantung kepada Impor

0
237
Foto udara Terminal LPG Tanjung Sekong, di Kota Cilegon, Banten, Jumat (19/7/2024). Terminal ini menjaga penggunaan dermaga atau Berth Occupancy Ratio (BOR) hingga 57 persen hal tersebut mendorong efisiensi waktu kapal bersandar atau Integrated Port Time sebesar 42,5 jam dengan 284 ship call serta mendorong tingkat throughput sebesar 1,28 Metric Ton atau 11 persen lebih tinggi dari target di Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024.(Foto: Galih Pradipta)

(Vibizmedia – Jakarta) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa pemerintah berencana membangun industri Liquefied Petroleum Gas (LPG) di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor, menjaga stabilitas ekonomi, dan menurunkan defisit neraca perdagangan. Dalam pernyataannya yang dikutip dari laman Kementerian ESDM pada Kamis, 12 September 2024, Bahlil menjelaskan bahwa langkah ini akan memanfaatkan potensi C3 (propana) dan C4 (butana) guna mengurangi impor LPG.

Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini menghabiskan sekitar Rp450 triliun per tahun untuk membeli minyak dan gas, termasuk LPG, yang berdampak negatif pada neraca perdagangan dan pembayaran negara. Oleh karena itu, pembangunan industri LPG domestik dinilai sebagai solusi untuk mengurangi beban tersebut. Selain itu, Bahlil menekankan pentingnya pengembangan jaringan gas rumah tangga, yang akan memungkinkan distribusi gas dari daerah yang memiliki surplus, seperti Jawa dan Sumatera, ke wilayah lain yang membutuhkan.

Pemerintah juga sedang merumuskan langkah-langkah untuk mendorong investasi di sektor hulu migas, termasuk penyederhanaan regulasi perizinan yang saat ini dianggap terlalu banyak, dengan lebih dari 300 izin yang akan dipangkas. Selain itu, Bahlil menekankan pentingnya pemberian insentif menarik bagi investor di sektor hulu minyak dan gas untuk meningkatkan daya tarik investasi di sektor tersebut.