(Vibizmedia-Kolom) Pada Februari 2025, Indonesia mengalami deflasi sebesar -0,48%. Ini berarti secara umum, harga barang dan jasa turun dibanding bulan sebelumnya. Meskipun terlihat seperti kabar baik karena harga lebih murah, deflasi juga bisa menjadi tanda adanya perlambatan ekonomi. Beberapa faktor utama yang menyebabkan deflasi ini adalah turunnya harga bahan pangan, diskon tarif listrik, dan kenaikan harga BBM yang tidak cukup besar untuk mengimbangi penurunan harga di sektor lain. Jika deflasi ini terus berlanjut, maka bisa berdampak lebih luas terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, mempengaruhi investasi, konsumsi, dan daya beli masyarakat dalam jangka panjang.
FEBRUARI 2025 KEMBALI TERJADI DEFLASI

Harga daging ayam, bawang merah, cabai, tomat, dan telur ayam mengalami penurunan cukup besar. Produksi cabai dan bawang meningkat, sehingga pasokan lebih banyak dari permintaan, menyebabkan harga turun. Dampaknya, petani bisa merugi karena hasil panen mereka dihargai lebih rendah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi sektor pertanian karena jika harga terus turun, petani akan kehilangan motivasi untuk bercocok tanam, yang dalam jangka panjang dapat mengganggu ketahanan pangan nasional. Pemerintah juga memberikan diskon listrik bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA hingga 2.200 VA, yang membuat pengeluaran listrik berkurang dan harga barang serta jasa ikut menurun. Kebijakan ini membantu masyarakat menghemat pengeluaran, tetapi bagi perusahaan listrik, pendapatan bisa berkurang. Di sisi lain, Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi, seperti Pertamax yang naik sekitar 3%. Namun, kenaikan ini tidak cukup kuat untuk mengimbangi penurunan harga di sektor lain. Transportasi mengalami sedikit kenaikan harga, tapi dampaknya kecil dibanding turunnya harga barang lain.

Deflasi ini memiliki dampak beragam bagi masyarakat. Barang kebutuhan sehari-hari menjadi lebih murah, sehingga konsumen bisa lebih berhemat saat membeli bahan makanan dan membayar listrik. Namun, pendapatan petani bisa menurun karena harga hasil pertanian turun terlalu jauh. Jika ini terus terjadi, petani bisa mengalami kerugian besar. Selain itu, perusahaan dan usaha kecil juga bisa kesulitan, karena jika harga terus turun, keuntungan bisnis berkurang, yang bisa berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Deflasi yang berlarut-larut juga bisa menimbulkan masalah psikologis dalam perekonomian, di mana masyarakat dan pelaku bisnis menunda belanja atau investasi karena mengharapkan harga terus turun. Jika ini terjadi dalam waktu yang lama, maka pertumbuhan ekonomi bisa melambat lebih drastis dan memicu resesi.
CATATAN PERISTIWA 2025

Deflasi terjadi di berbagai sektor utama. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi terbesar sebesar -3,59%. Sektor makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi kecil sebesar -0,40%. Transportasi justru mengalami sedikit inflasi sebesar 0,36% akibat kenaikan harga BBM. Sementara itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 1,29% karena permintaan tetap tinggi. Dari 38 provinsi di Indonesia, 33 mengalami deflasi. Papua Barat mencatat deflasi terdalam sebesar -1,41%, sementara Papua Pegunungan justru mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,78%. Artinya, dampak deflasi tidak merata di seluruh daerah. Ketimpangan harga antarwilayah ini bisa disebabkan oleh perbedaan ketersediaan bahan pangan, tingkat konsumsi, serta faktor distribusi yang belum merata. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun deflasi secara nasional terjadi, dampaknya tidak selalu seragam di seluruh daerah. Pemerintah perlu memastikan kebijakan yang diterapkan dapat meratakan keseimbangan harga di berbagai wilayah agar dampak negatifnya bisa ditekan.
PERKEMBANGAN HARGA BERAS Kenaikan harga beras terjadi di tingkat grosir dan eceran (m-to-m)

Bagi petani dan sektor pertanian, dampaknya cukup signifikan. Petani tanaman pangan sedikit diuntungkan karena nilai tukar petani (NTP) untuk tanaman pangan naik 0,47%. Namun, petani hortikultura merugi karena harga cabai dan bawang merah turun drastis, menyebabkan NTP hortikultura turun -6,84%. Harga gabah kering panen (GKP) naik menjadi Rp6.500/kg, tetapi harga beras di penggilingan justru turun -0,09%. Produksi padi mengalami peningkatan signifikan, dengan potensi produksi Februari-April 2025 mencapai 22,06 juta ton gabah, naik 24,63% dibanding tahun lalu. Ini menandakan pasokan beras semakin melimpah, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, kelebihan pasokan bisa menyebabkan harga beras turun lebih jauh, yang bisa merugikan petani. Dalam jangka panjang, peningkatan produksi pertanian seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik, misalnya melalui ekspor atau peningkatan stok cadangan pangan nasional untuk menstabilkan harga di masa depan. Namun, tanpa kebijakan penyerapan hasil panen yang tepat, kelebihan produksi bisa berubah menjadi ancaman bagi kesejahteraan petani, karena harga terus merosot.
Para pengusaha juga terkena dampak deflasi ini, terutama di sektor ritel dan manufaktur. Ketika harga barang turun, margin keuntungan menjadi lebih kecil, sehingga pengusaha harus lebih berhati-hati dalam menentukan harga jual. Bisnis yang bergantung pada volume penjualan, seperti supermarket dan industri manufaktur, mungkin mengalami peningkatan permintaan karena harga yang lebih rendah. Namun, di sisi lain, perusahaan yang memiliki biaya produksi tetap yang tinggi dapat mengalami tekanan keuangan karena tidak bisa menurunkan harga jual terlalu banyak. Akibatnya, banyak perusahaan yang akan memilih untuk mengurangi produksi atau bahkan menunda ekspansi bisnis mereka hingga kondisi ekonomi kembali stabil.
Untuk mengatasi dampak deflasi, pemerintah daerah memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi di wilayahnya. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi mendorong belanja pemerintah daerah untuk proyek infrastruktur guna meningkatkan daya serap tenaga kerja dan mempercepat perputaran ekonomi. Pemerintah daerah juga bisa memberikan insentif pajak atau subsidi bagi pelaku usaha lokal agar tetap bisa beroperasi dengan sehat di tengah harga yang turun. Selain itu, membantu petani dengan memastikan distribusi hasil pertanian berjalan lancar dan mengurangi ketimpangan harga antarwilayah bisa menjadi langkah efektif untuk mencegah kejatuhan harga yang lebih drastis.
INFLASI FEBRUARI 2025 MENURUT WILAYAH (m-to-m )
Sebagian besar provinsi mengalami deflasi

Pemerintah daerah juga bisa meningkatkan kolaborasi dengan pelaku usaha dan lembaga keuangan untuk menyediakan pinjaman berbunga rendah bagi UKM agar mereka bisa bertahan dan tetap berkembang. Selain itu, kampanye untuk meningkatkan konsumsi produk lokal bisa membantu menjaga permintaan tetap stabil. Terakhir, edukasi kepada masyarakat mengenai dampak deflasi serta pentingnya tetap berbelanja dan berinvestasi bisa menjadi strategi penting untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Deflasi Februari 2025 membawa dampak positif dan negatif. Bagi masyarakat, harga yang lebih rendah bisa membantu menghemat pengeluaran. Namun, bagi petani dan pelaku usaha, deflasi bisa menjadi tantangan karena pendapatan mereka bisa berkurang. Yang terpenting, pemerintah dan pelaku ekonomi perlu mengambil langkah yang tepat agar ekonomi tetap stabil dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga. Dengan perencanaan yang matang dan strategi ekonomi yang adaptif, Indonesia bisa menghadapi tantangan deflasi ini dan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah perlu lebih sigap dalam menangani fenomena ini agar dampak negatifnya tidak berkepanjangan, dan strategi yang diterapkan bisa membawa manfaat jangka panjang bagi seluruh lapisan masyarakat.