Kemenperin Kembangkan Kapasitas Wirausaha Fesyen dan Kriya agar Naik Kelas

0
369

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian terus mendorong lahirnya wirausaha baru yang adaptif di berbagai daerah, khususnya di sektor industri kreatif. Salah satu upaya konkret dilakukan melalui Creative Business Incubator (CBI), program pendampingan bisnis yang secara rutin diselenggarakan untuk pelaku IKM fesyen dan kriya.

Tahun ini, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) kembali menyelenggarakan Coaching Program CBI 2025. Program ini merupakan tahap lanjutan dari inkubasi klasikal yang dilaksanakan tahun sebelumnya. Bekerja sama dengan praktisi dan akademisi, coaching ini menghadirkan mentor bagi 10 pelaku IKM terpilih guna membantu mereka mengatasi tantangan bisnis dan naik kelas.

“Penelitian menunjukkan bahwa 74,03% bisnis akan lebih bertahan dan berkembang jika mendapatkan pendampingan mentor,” ujar Dirjen IKMA Reni Yanita, Minggu (18/5). Menurutnya, pendampingan yang tepat dapat mempercepat pertumbuhan usaha, menekan risiko kegagalan, dan mendorong keberlanjutan bisnis.

Coaching ini juga merupakan bentuk implementasi rencana pengembangan bisnis yang telah dirancang pada fase inkubasi sebelumnya. Program akan berlangsung selama lima bulan dengan pendampingan terstruktur.

Adapun peserta terpilih tahun ini meliputi Delova Wardro, Hanabira, CV Amod Bali, Wira’s Silver Bali, PT Karya Rappo Indonesia, Kalasiris, JB Etnnic, Astraea Leather Craft, dan Ulur Wiji. Diharapkan mereka mampu mengikuti jejak sukses alumni CBI sebelumnya yang berhasil meningkatkan kapasitas produksi dan omzet, serta naik kelas dari skala mikro ke kecil, atau dari kecil ke menengah.

Kepala BPIFK Dickie Sulistya menambahkan, meskipun para peserta masih berusia muda, mereka telah menunjukkan potensi bisnis dengan omzet ratusan juta hingga miliaran rupiah. “Kami juga telah memetakan target dan ekspektasi peserta agar materi coaching benar-benar sesuai kebutuhan mereka,” ujarnya.

Program ini turut memperkuat kontribusi sektor industri manufaktur terhadap perekonomian. Berdasarkan data BPS, industri pengolahan nonmigas tumbuh 4,31% pada triwulan I 2025, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 17,50%.

Namun demikian, Reni mengingatkan bahwa tantangan ke depan masih besar. Rasio kewirausahaan Indonesia menurut Global Entrepreneurship Monitor 2023 berada di angka 21,6%—tertinggi di ASEAN, tetapi belum diimbangi dengan nilai tambah dan produktivitas tinggi. “Diperlukan sinergi pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk membangun ekosistem kewirausahaan yang mendorong wirausaha naik kelas dan menciptakan lapangan kerja berkualitas,” tegasnya.

Beberapa alumni CBI yang sukses antara lain Rubycraft, Smarbatik, dan Lumos. Rubycraft, misalnya, tampil dalam Best Pitch Display di Home in Style Hong Kong 2025 dan akan memamerkan produk berbahan baku sawit hasil kolaborasi dengan IPB di Jepang. Sementara Smarbatik meraih penghargaan dari Majalah Sawit Indonesia dan ikut serta dalam Innovation Festival Suzhou China 2024. Lumos berkontribusi sebagai trainer dalam pelatihan mode untuk Shiseido Group.

Melalui program ini, Kemenperin berharap semakin banyak pelaku industri kreatif yang berdaya saing, berinovasi, dan memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.